Sebuah visi strategis untuk hidup sukses di dunia dan akherat
B.S.Wibowo,Dipl.Rad,SKM.
Lembaga Manajemen Terapan TRUSTCO
Sukakah engkau aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari siksa yang pedih. Yaitu engkau engkau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya
dengan harta dan jiwa.Hal demikian adalah lebih baik jika kamu mengetahui .Maka
Allah akan mengampuni dosa-dosamu,
dan memasukkan ke dalam syurga yang indah. Dan ada lagi yag lain yang
kamu cintasi, yaitu pertolongan Allah dan kemenangan. QS. 61:
10-13)
A. PENDAHULUAN
Semua
orang berharap untuk mendapatkan sukses atau
kemengan (al falah). Manusia akan hidup dalam dua alam, yaitu dunia dan
akherat. Kemenangan di akherat dan kemenangan dunia adalah sesuatu yang tidak
bisa dipisahkan, dia bagaikan sisi mata uang yang tidak akan bermakna jika
salah satu sisinya hilang darinya. Bahkan ayat mengatakan “ Barang siapa
yang buta hatinya di dunia, niscaya di akherat nanti akan lebih buta ” (QS.
17: 72). Kemenangan bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, melainkan sebuah
pencapaian yang perlu perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang sangat
dipengaruhi oleh sejauh mana ketersediaan informasi dalam memprediksi ke depan.
Dan masa depan tanpa perencanaan strategis adalah sesuatu yang mustahil untuk
sukses. Untuk itu kita perlu mengkaji
bagaimana kita memenajemeni diri kita untuk mendapatkan suskes tersebut.
Berfikir strategic
(strategic thinking) biasanya dimulai dari tujuan akhir yang kita inginkan,
orang menyebutnya dengan “big think, start small, act now”; yaitu berfikir
besar, mulai dari yang kecil dan aksi
sekarang juga. Teknik strategic thinking ini samalah halnya Hadits Rasulullah
saw yang mengatakan “amal itu tergantung pada niatnya”, bahwa niat adalah
sesuatu yang penting dan diletakkan pada awal. Bahwa niat adalah gambaraan akhir yang ingin kita
capai.
B.
MAKNA KEMENANGAN DAN SUKSES DUNIA DAN AKHERAT
Kita perlu
menelusuri motiv diri kita yang paling dalam. Hal-hal apakah yang mampu
menggerakkan diri kita untuk melakukan hal-hal sangat besar, serta
kemenangan apakah apakah yang kita harapkan. Banyak pejuang Islam dalam
mengelola hidupnya telah rela meneteskan darah segara dari dadanya, keringat
dari tubuhnya dan air mata untuk rela berjuang di jalan Allah.
Sukses
itu ada yang bersifat jangka panjang dan ada yang bersifat jangka pendek.
Sukses yang bersifat jangka panjang (long term success) adalah
kesuksesan negri akherat. Sedangkan sukses yang bersifat jangka pendek (sort
term success) adalah kesuksesan negri dunia.
Sukses
yang bersifat jangka panjang (long term success)
Makna
sukses akherat adalah sebagaimana Allah
swt katakan “Maka Allah akan
mengampuni dosa-dosamu, dan memasukkan ke dalam syurga yang indah”.
Makna suskes yang lain, yaiu jika seseorang dijauhkan dari apai neraka dan
dimasukkan dalam syurga itulah orang yang
sukses (QS 61:12, 3:185)). Gambaran sukses negeri akherat menurut Al
quran secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian berikut:
1. Pertemuan
dengan Tuhannya (liqoi Rabbihii),
2. Mendapatkan
ampunan akan kesalahannya (maghfirah),
3. Terbebaskan
dari api neraka dan
4. Tinggal
di syurga dengan segala keindahannya, dan secara otomatis dijauhkan dari
neraka. Tentunya ini semua akan dapat
diperoleh dengan keridhaan Tuhan Allah SWT.
Untuk
mampu menimbulkan imajinasi kreatif dalam diri kita, maka kekuatan “rukun iman” sebagai ekspresi “ percaya
kepada yang ghoib” adalah sarana tersebar untuk memahami suskes jangka panjang
sebelum kita berfikir dengan apa yang harus kita kerjakan. Tetapi membiasakan
diri dengan delalu berfikir dengan akhir
dari tujuan aktifitas kita adalah sesuatu yang
penting. Orang mengatakan “ think with end of mind” sebagai
kebiasaan efektif yang harus kita miliki. Rasullulah saw mengatakan bahwa:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung kepada niatnya”, hadits ini menunjukkan niat adalah apa yang
akan dituju atau “end of mind “.
Sukses
yang bersifat jangka pendek (sort term success)
Makna
sukses dunia adalah sebagaimana Allah
swt katakana, “ Dan ada lagi yang lain yang kamu sukai, yaitu pertolongan
Allah swt dan kemenangan yang dekat” (QS. 61:13). Gambaran sukses negeri dunia menurut
beberapa buku dan ensoklopedia bahwa kesuksesan manusia di dunia dikelompokkan
menjadi 14 bagian berikut:
1. Peningkatan
pekerjaan dan karir ( ‘amal),
2. Kesehatan
(qowiyul jism) dan kenikmatan hidup,
3. Peningkatan
keuangan dan rasa aman (qodirun ‘ala kasb),
4. Keteguhan
hati dan kepercayaan diri (mati’nul khuluq),
5. Kepribadian
dan pergaulan dengan orang lain (ukhuwah),
6. Kebahagian
dan kedamaian akal budi (akal sehat),
7. Pengembangan
diri dan pendidikan diri (mutsaqoful fikr),
8. Sasaran
dan arah hidup, serta keteraturan program diri (munadzom fi syu’nihi),
9. Disiplin
diri dan penguasaan diri (mujahiduna linafs),
10. Cinta
dan kehidupan keluarga,
11. Kaidah
emas dan tanggung jawab (haritsun ‘ala waqtihi),
12. Kawan
dan persahabatan,
13. Matang
secara alturistik (bermanfaat bagi orang lain-nafiun lighoiri) dan menjadi tua secara mulus,
14. Kemampuan
mengaitkan hidup dengan kematian (ketenangan bathin).
Visi
sukses dunia setiap individu mungkin akan bervariasi, hal ini sangat tergantung
dengan sejauh mana dia mampu merumuskan visi sukses akherat. Visi tersebut
sangat tergantung dengan value (nilai) yang kita yakini kebenarannya. Dari 14
belas point tersebut di tas, bisa jadi
skala prioritas seseorang bervariasi.
C.
MEMPEROLEH SUKSES: MODAL UNTUK
MEWUJUDKAN IMPIAN
Orang yang
ingin sukses, sebaiknya dia memiliki
sesuatu yang ingin dicapai. Sesuatu yang
ingin dicapai itulah yang disebut dengan cita-cita. Cita-cita itu harus mampu
menggambarkan kebahagiaan dan kesenangan yang ingin diperoleh. Keinginan besar
atau Visi pribadi yang baik, adalah sebuah
visi yang dapat memberikan dorongan semangat dan inspirasi jika
dikenang. Semakin jelas cita-cita seseorang, maka semakin bersemangat dan termotivasi seseorang untuk
berusaha mencapainya.
Bahwa
kehidupan ini penuh onak dan duri.
Setiap orang akan menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah pribadi yang
spesifik maupun masalah umum yang setiap orang juga menghadapi. Di dunia ini kita akan berhadapan problem
hidup yang luar biasa, yaitu berupa: change, challenge, competitive,
complexcity, uncertainty. Tetapi dibalik problem tersebut ada peluang, ada
opportunities. Sesungguhnya air susu itu ada diantara darah dan kotoran. Dunia
kini dihadapkan dengan transisi demografi, transisi teknologi, transisi
epidemiologi, dan perubahan global lainnya. Akibatnya dunia pekerjaan dihadapan
anda kini penuh dengan tantangan. Anda perlu menyiapkan empat
kekuatan dasar manusia, yaitu:
¨
Spiritual (True-T),
¨
Emosional (Responsiable-R),
¨
Intelektual (Unique-U),
¨
Fisik (Sacrify-S) dan
¨
Pengusaan teknologi yang relevan (Technology-T)
di bidangnya masing-masing untuk mengubah kendala yang berupa perubahan,
tantangan, kompleksitas, ketidak pastian, dan konflik (Change, Challenge, Complexity,
un-Certainty, Conflict) agar menjadi peluaang (Opportunities-O), dan kami menyebutnya sebagai TRUSTCO.
Model
TRUSTCO adalah salah satu alternatif yang mudah diingat untuk mendapatkan
sukses. Anda juga dapat menyusun sendiri model yang cocok untuk mendapatkan
sukses.
Gambar
1. Perjalanan hidup manusia; diantara tantangan, hambatan dan cita-cita untuk
kesuksesan hidup.
s
|
|||||
|
|||||
|
|||||
D.
BELAJAR, BERFIKIR DAN PERUBAHAN DIRI UNTUK MERAIH SUKSES
Bagaimanakah
hubungan antara belajar dengan perubahan tingkah laku dalam diri seseorang.
Belajar untuk mendapatkan informasi, informasi mampu merubah paradigma
seseorang. Paradigma yang akan mengubah persepsi seseorang. Persepsi akan
merubah motif seseorang. Motivasi yang akan mengerakkan tingkah laku sesorang.
Kita perlu belajar Alquran, mengaji dan mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang kehidupan
dan tujuan-tujuan dalam hidup kita.
Kita harus
belajar untuk merubah kehidupan kita sendiri. Nasib seseorang akan berubah, kecuali dia sendirilah yang akan mengubahnya, lihat QS. 13: 11.
Hanya manusia, di antara seluruh makhluk Allah yang dapat mengubah diri menjadi
lebih baik, karena diilhamkan dalam diri
manusia itu sifat keburukan (fujur) dan
kebaikan (taqwa), lihat QS. 91:8.
Allah telah menciptakan kita, kemudian Allah memberikan kemampuan kepada kita
untuk mendengarkan, melihat, berfikir
dengan akal dan hati, memilih yang terbaik, mengasah peruntungan dan mengatur
hidup kita sendiri, lihat QS An Nahl: 78.
Ini berarti kita harus menjalani suatu program pelatihan untuk membuat
kebiasaan kita akan: Perubahan Diri (taghyirun nafs), Pendidikan
Diri (tarbiyah dzatiyah) dan
Belajar Mandiri (Inquiry). Kita
dapat mengubah diri kita kita sendiri dengan cara mengubah persepsi, pemikiran
kita, sikap kita dan tindakan kita dan secara kreatif mengubah keadaan kita.
Kita dapat mengubah diri kita sendiri dengan membaca, belajar, perenungan,
berbicara dengan diri sendiri, berjanji dengan diri sendiri, beribadah dan berdoa. Penggunaan akal dan hati (al
afidhah) adalah kunci kebehasilan. Sel-sel otak bagaikan otot manusia, dia
memeiliki kelenturan. Semakin sering otot digunakan, maka memiliki kelenturan
semakin baik. Demikian pula dengan otak dan hati kita, semakin sering digunakan
semakin baik.
Jalan pintas
mudah dan cepat untuk merubah diri kita sendiri, yaitu dengan mempunyai sasaran
dan bekerja keras untuk mencapainya .
Berjuta-juta orang telah mengubah dirinya sendiri dari lemah menjadi kuat, dari
pengecut menjadi pahlawan, dari malas menjadi ambisius, dari pelit menjadi
dermawan, dari tak berguna menjadi suka membantu orang lain. Perubahan itu
diawali dari perubahan: Persepsi Kita, Diri Kita, Keluarga Kita, Tim Kita dan
Lembaga Kita dan Komunitas Kita. Pada gambar 2 dapat dilihat bagaimana sebuah siklus perubahan terjadi
Gambar
2. Berfikir dan mempercayai adalah awal merubah tingkah laku.
E.
STRATEGI SUKSES di PADANG MASYAR: 7 RAHASIA KEKUATAN
Dunia adalah
tempat menanam, barang siapa ingin mendapatkan suskses negri akherat maka harus
menyiapkan diri ketika di dunia. Sebuah hadits
terkenal yang diriwayatkan Imam Bukhari: Dari Abu Hurairah r.a. dari
Nabi Muhammad saw, beliau bersabda :
Tujuah golongan dilindungi oleh Allah
swt di bawah lindungan-Nya, waktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya: Imam yang adil, Pemuda yang dalam masa
mudanya beribadat kepada Allah, Orang yang menyebut Allah ketika sendirian , lalu meneteskan air matanya.
Laki-laki yang tergantung hidupnya di masjid,
Orang yang berkasih sayang karena Allah semata-mata, Laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita
bangsawan cantik, tetapi dia mengatakan
(menolak): Sesungguhnya saya takut kepada Allah, Orang yang
bersedekah dan disembunyikan, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang diperbuat (diberikan) oeh tangan
kanan. Tujuh kelompok inilah yang
kita jadikan sebagai model dalam manajemen sukses pribadi.
Dari
hadits tersebut di atas, maka kita dapat
mengambil pelajaran penting untuk mendapatkan sukses di alam padang masyar,
yaitu perlunya kita memeiliki ketrampilan:
1. Ketrampilan
Pemimpin (Ledership skill)
Imam yang adil, yaitu ciri
sesorang memeliki ketrampilan sebagai pemimpin. Kalau kita ingin sukses dan
selamat di akherat, maka di dunia ini kita harus mememiliki ketrampilan dalam
memimpin. Kita harus tampil menjadi pejabat (kepala rumah tangga), manajer
untuk mengelola rumah tangga dan pekerjaan kita masing-masing dan pemimpin
terhadap orang yang kita pimpin. Jadilah kita sebagai pemimpin yang adil.
Gambar
1. Dimensi sukses dalam spectrum waktu.
Alam Alam Alam Alam
akherat :
Dunia Kubur Padang Syurga/ Neraka
Masyar
Proses kematian Kiamat
2. Regenerasi
(Pemuda Sholeh)
Pemuda yang dalam masa mudanya
beribadat kepada Allah, adalah ciri
seseorang yang sosok pribadi generasi penerus yang sholeh. Kalau kita ingin
sukses dan selamat di akherat, maka di dunia kita harus mampu mencetak anak cucu kita, para pemuda yang soleh sebagai
generasi pengganti kita. Harus ada
mekanisme tauritsul ajyali (regenerasi)
yang baik. Yaa Allah ampunilah dosa ayah
dan ibu kami, jadikanlah anak-anak kami
menjadi orang yang soleh, yaitu mereka yang mau mendoakan kami ketika
kami sudah terbujur di kubur. Mari kita siapkan Pemuda yang dalam masa
mudanya beribadat kepada Allah
3. Kekuatan
spiritual
Orang
yang menyebut Allah ketika sendirian ,
lalu meneteskan air matanya, adalah ciri seseorang yang memeiliki kekuatan
spiritual yang luar biasa. Kalau kita
ingin sukses dan selamat di akherat, maka di dunia harus mempunyai kekuatan
spiritual di dunia. Hidup penuh dengan cobaan, jangan sampai kita tidak mampu
mengendalikan hawa nafsu diri kita,
jangan sampai kita menipu diri kita.
Seorang pemikir besar mengatakan, bahwa:
Ø anda
bisa membohongi seseorang,
Ø anda
bisa membohongi sekelompok orang dalam satu waktu,
Ø anda bisa membohonggi sekelompok orang dalam
rentangh waktu yang panjang,
Ø tetapi
anda tidak mampu membohongi diri anda sendiri (hati nurani)
Ø anda
tidak dapat membohongi seluruh manusia
dan seluruh waktu
Ø anda
tidak dapat membohongi Tuhan anda.
Marilah kita sering
mengenali diri kita dengan dosa-dosa diri kita, sudahkan kita siap untuk mati.
Jadilah kita menjadi orang yang dapat
menyebut Allah (berdoa dan mohon amunan) ketika
sendirian , lalu meneteskan air matanya.
4. Membangun
kekuatan solidaritas
Laki-laki
yang tergantung hidupnya di masjid, adalah seseorang yang memiliki kemauan dan
kemampuan Membangun kekuatan solidaritas bersama dakwahnya. Kalau kita ingin sukses dan selamat di
akherat, maka di dunia selama di dunia kita harus menjadi seseorang yang selalu tergantung hidupnya di masjid
5. Teamwork
Orang
yang berkasih sayang karena Allah semata-mata, adalah ciri seseorang yang mampu
melakukan kerja kelompok atau Teamwork diatas integritas moral. Kalau
kita ingin sukses dan selamat di akherat, maka di dunia jadilah orang yang
dapat berkasih sayang karena
Allah semata-mata, khususnya kita dengan keluarga kita. Kita harus membangun
ikata keluarga kita kepada yan lebih baik. Masa depan kehidupan manusia
diperbagai bidang kehidupan semakin sulit, sehingga banyak pekerjaan yang harus
dikerjakan dengan mengandalkan kekuatan hubungan tim (teamwork). Pada masa
depan nanti kemampuan kerjasama merupakan indicator. Bahkan seorang ahli
manajemen (Sukiyat dan Prijadi, 2000) melihat generasi manajemen masa depan
semakin mengarahkan peran tim semakin dominan. Adapun generasi manajemen
tersebut adalah:
Generasi
I, Management by power
Generasi
II, Management by directing (
Generasi
III, management by objective
Generasi
IV, Management by proses
Generasi
V, Management by alliance
Generasi
VI, Management by share.
Sukses masa depan
sangat mengandalkan komimen bersama, loyalitas bersama, dan kemampuan berbagai
pengalaman, fikiran dan bekerja bersama.
6. Kredibilitas
Moral ( moral creadibility)
Laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita bangsawan
cantik, tetapi dia mengatakan (menolak):
Sesungguhnya saya takut kepada Allah adalah ekspresi jika ingin sukses
memerlukan kredibilitas moral ( moral creadibility). Menurut pameo orang atau
riset non formal godaan dunia adalah tahta, harta dan wanita. Tetapi jika
dikaji lebih mendalam dengan pernyataan QS. 3: 14, bahwa urutan godaan manusia
adalah syahwat terhadap: wanita,
anak-anak, harta, kendaraan (gengsi, tahta), harta dll.
7. Kekuatan ekonomi
Orang
yang bersedekah dan disembunyikan,
sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat (diberikan) oleh
tangan kanan. Orang yang dapat bersedekah hanyalah orang
yang memiliki harta. Empat orang sahabat yang dijamin masuk syurga, ternyata 3 orang memiliki harta yang
cukup, kecuali Ali bin Abi Thalib ra.
Sedangkan 10 orang yang dijamin masuk syurga memiliki harta yang cukup, kecuali
Ali bin Abi Thalib ra dan Bilal bin Rabah. Karakter ini menunjukkan seseorang
yang telah memiliki kemampanan maisyah dan meletakkan dunia dan isinya (harta)
tidak di hati, melainkan di telapan tangan; seraya berdoa: Yaa Allah swt letakkan
dunia ini di tanganku, jangan kau letakkaan dunia ini dihatimu dan
memiliki. Kalau kita ingin sukses dan
selamat di akherat, maka di dunia maka jadilah kita sebagai orang yang bersedekah untuk orang lain.
8. Empaty
Orang
yang bersedekah dan disembunyikan,
sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat (diberikan) oeh
tangan kanan. Orang yang dapat
bersedekah dengan ikhlas tanpa mengungkit-ungkit amalannya adalaah ciri orang yang memeiliki empati. Kita dilarang
memiliki sifat iri dengki, dan Rasulullah membolehkan seorang muslim iri
terhadap orang yang kaya tapi dermawan
dan orang yang memiliki ilmu dan mau mengajarkan kepada orang lain.
Jadilah kita dengan
diri kita , kita akan menjadi apa yang ada dalam fikiran kita.
F.
STRATEGI SUKSES di AKHERAT:
7 RAHASIA KEKUATAN
Dunia
adalah tempat menanam, barang siapa ingin mendapatkan suskses negri akherat
maka harus menyiapkan diri ketika di dunia. Pada QS. Al MU’minuun: 1-11
diterangkan ciri-ciri orang yang akan mendapatkan sukses negri akherat, yaitu
memeiliki ciri-ciri sewaktu dunia adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan
Spiritual
Orang
yang akan masuk syurga hanyalah orang yang khusu’ dalam shalatnya. Kemampuan memeiliki imajinasi positif untuk
membayangkan bahwa: Allah itu ada, syurga itu ada, neraka itu ada, malaikat itu
ada, siksa padang masyar itu ada, siksa kubur itu ada, dan perjumpaan dengan
Allah swt adalah sesuatu yang pasti. Orang yang meyakini bahwa janji Allah swt
itu benar.
2. Memiliki
Efektifitas, Efisiensi dan Optimasi dalam
Produktifitas
Orang
yang akan masuk syurga hanyalah orang yang menjauhkan diri dari perkataan dan
perbuatan yang tidak memiliki manfaat (laghqi). Dengan demikian dalam
membuat transformasi dalam bidang
apapun, seorang muslim harus mampu
memanfaatkan seluruh sumberdaya dan memperbaiki system secara terus menerus untuk mendapatkan hasil
yang optimal. Dengan menerapkan teknik manajemen tentang efektifitas,
efisiensi dan optimalisasi
ini kita akan dapat beramal dan mampu berzakat.
3. Kepekaan
Sosial
Orang
yang akan masuk syurga hanyalah orang yang menunaikan zakat. Orang yang mampu menunaikan zakat dengan baik
hanyalah mereka yang memiliki kepekaan social yang tinggi, memiliki harta dan
memiliki kekuatan spiritual. Kita harus hidup mau peduli dengan orang lain,
kita memiliki empati yang tinggi kepada orang lain, kita harus mempu merasakan
bagaimana perasaan sahabat kita. Orang yang dapat melayani sepenuh hati kepada
tamunya, orang tuanya, anak dan istrinya, sahabatnya hanyalah mereka yang
memiliki kepekaan batin yang tinggi.
Kepekaan social dapat ditaajamkan dengan
sering kita bergaul bersama dengan orang lebih rendah dari pada kita.
Jika kita selalu melihat hanya pada
sekumpulan orang yang berstatus di atas kita, maka kepekaan social akan menjadi
berkurang.
4. Kredibilitas
Moral ( moral creadibility)
Orang
yang akan masuk syurga hanyalah orang yang dapat menjaga dan menyalurkan
kebutuhan seksualnya dengan baik.
Prediksi masa depan penyakit seksual dan
moral semakin meningkat, ini merupakan indicator kegagalan sesorang dalam
mengendalikan dorongan kebutuhan seksual
yang begitu hebat. Bahwa kesuksesan seseorang
tidak dipengaruhi oleh kekuatan intelektual mereka, melainkan kekuatan
emosional dan moral mereka. Orang yang cerdas adalah mereka yang dapat mengendalikan
hawa nafsunya, dan mampu berfikir ke depan
hingga paska kematian.
5. Memenuhi
Amanah
Orang
yang akan masuk syurga hanyalah orang yang dapat memenuhi apa yang telah
diamanahkan kepadanya. Amanah adalah
sesuatu yang harus dikerjakan bakan karena kemauan diri sendiri saja, melainkan
karena kebutuhan standart. Seseorang yang bekerja di kantor, tentunya
mendapatkan amanah mengelola uang.
Seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin dia akan mendapatkan amanah untuk
mengelola sumber daya untuk kemakmuran rakyatnya. Seseorang yang ingin
mendapatkan sukses akherat, maka harus mampu memenuhi apa yang diamanahkan
kepadanya. Untuk dapat memenuhi amanah, maka sangat diperlukan disiplin tinggi
dan penuh kesadaran. Seseorang akan dapat menjaga amanahnya dengan baik jika
memeiliki soliditas moral dan spiritual. Ingat, bahwa salah satu ciri orang munafiq yaitu apabila
dia diberi amanah dia ingkar. Ingat, bahwa orang munafiq tempatnya di kerak
neraka.
6. Memenuhi
janji
Orang
yang akan masuk syurga hanyalah orang yang dapat memenuhi janjinya dengan baik. Janji adalah
sesuatu yang harus dikerjakan karena konsekuensi terhadap apa yang telah
disetujui atau diikrarkan oleh dirinya sendiri. Ingat, bahwa
salah satu ciri orang munafiq yaitu apabila di berkata (janji) maka dia berbohong. Seseorang yang ingin
mendapatkan sukses akherat, maka harus mampu memenuhi apa yang yang telah ia
janjikan. Untuk dapat memenuhi janji maka sangat diperlukan pengetahuan dan
prediksi yang cukup tinggi, yaitu apakah dia sangup melaksakan atau tidak.
Janji hanya dapat dipenuhi jika kita
memeiliki kebiasaan disiplin tinggi.
Janji dapat dipenuhi dengan baik jika
melakukan janji kita penuh penuh dengan
kesadaran. Iman kita mengalami kondisi naik turun, Rasulullah saw
mengatakan “ al imanu yazid wa yankus”, sehingga kita harus mempu dan
selalu menyegarkan janji kita untuk dapat selalu konsisten terhadap apa yang
kita janjikan. Seseorang akan dapat menjaga janjinya dengan baik jika memeiliki
soliditas moral dan spiritual.
7. Konsistensi
Orang
yang akan masuk syurga hanyalah orang yang mampu memelihara sholat. Untuk
mendapatkan sukses dengan mutu tinggi, maka kita harus bekerja dengan konsisten
atau memiliki karakter: “small, continous and improvement”; bekerja
memulai dari yang kecil-kecil, tapi secara terus menerus dan sampil
meningkatkan diri untuk mencapai kualitas prima. Dalam manajemen kita mengenal
teknik benchmarking, yaitu suatu teknik untuk mendapatkan sukses, maka
lembaga atau seseorang harus mencari model (qudwah) yang secara terus-menerus
kita (lembaga atau diri kita) membandingkan dengan lembaga model samapi kita
mendapatkan mutu yang sama.
G.
MENGGUNAKAN PERENCANAAN STRATEGIS: SUATU
KEHARUSAN DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN
Pokok
pikiran perencanaan telah Allah swt
firmankan dalam QS. Al-Hasyr: 18 “Hai orang-orang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akherat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Untuk mendapatkan sukses dunia dan akherat
tidak cukup hanya dengan berdoa, ingat
kebaikan untuk dunia dan kemenangan
kita hanya akan diperoleh jika bersatunya antara para pemikir dengan para pekerja.
1.
Urgensi
sebuah perencanaan strategis (ahamiyah at-takhthiith al istaraatiijiyah)
Ayat tersebut di atas, tertanya untuk merencanakan harus
mengaitkan data dan informasi yang telah
kita miliki pada masa lalu, kondisi sekarang dan membuat perencanaan, peramalan
pada masa ke depan serta perlunya sumber daya
untuk mencapai tujuan perencanaan yang diharapkan. Seyogyanya, seorang
muslim harus mampu membuat prencanaan dengan baik dan akurat, bahkan dalam
jarang jangkauan waktu 5 – 10 tahun ke depan. Bahkan dalam ayat tersebut
seorang muslim dituntut untuk mampu membuat perencanaan akherat (visi-
memvisualkan dirinya pada saat di akherat). Perencanaan yang sangat menentukan
kehidupan seseorang atau institusi pada masa yang akan datang disebut dengan
perencanaan startegis. Perencanaan strategis (strategic planning-at-takhthiith al istaraatiijiyah) adalah proses
manajerial dalam pengembangan dan pemeliharaan saling kaitan eksistensi perusahaan atau organisasi dengan sasaran
perusahaan atau organisasi dan peluang
lingkungan (Kamus Istilah Manajemen, LPPM, 1994). Jadi urgensi perencanaan
strategis adalah upaya kita memanfaatkan sumberdaya yang sangat terbatas untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan
kondisi yang efektif dan efisien.
2.
Akal
tidak bertentangan dengan Naql (Al-Quran)[1]
Banyak yang menduga bahwa lingkungan
agamis tidak mendukung lahirnya udara ilmiah dengan dalih adanya percaturan
antar Naql dan akal. Artinya terdapat kontradiksi antara Firman Allah dengan ijtihad akal manusia. Dugaan ini jauh
dari benar. Al-Quran, fakta historis dan realita hari ini membantahnya dengan
tegas dan gamblang. Sebab akal itulah
yang dikhotib (diajak dialog) oleh Naql, dibebankan Allah untuk memahaminya,
kemudian mengamalkanya. Lebih dari itu, Naql sendiri menggalakan akal untuk
berijtihad tentang syarat-syaratnya dan memberikan peluang besar bagi
masalah-masalah yang tidak dibicarakanya. Bahkan Naql (wahyu Allah/Al-Quran)
menyerahkan sepenuhnya kepada akal untuk mendalami dan memahami rahasia alam
semesta untuk direkayasa agar bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Para ulama Islam yang juga melihat
Wahyu dan akal itu dua alat penunjuk bagi manusia untuk mendapat kebenaran.
Imam-Ashfahani berkata pada bukunya “Al-Dzari’ah ila makarimi al-Syari’ah” :
Allah mengutus dua Rasul kepada manusia. Yang pertama berbentuk bathin, yakni
akal dan kedua berbentuk zhahir itu sebelum ia memanfaatkan Rasul yang bathin.
Karena yang bathin itu dapat memahami kebenaran kleim Rasul yang zhahir. Jika
tidak karena yang bathin itu, maka ucapan Rasul yang zhahir itu tidaklah
menjadi hujjah (argumentasi). Bahkan Allah mempersilahkan akal orang yang
meragukan “wihdaniyatullah” dan kebenaran para nabi untuk menelitinya. Sebab
itu, akal sebagai “qoid” (pemandu), dan agama sebagai bekalnya. Jika akal tidak
ada, maka agama ini akan sirna. Bila agama tidak ada, maka akal pun akan
tersesat. Kontak antara keduanya persis seperti yang Allah firmankan : “Cahaya
diatas cahaya” (Q.S. 24:35)[2].
Imam Al-Ghozali juga mendukung tesis
diatas dalam berbagai bukunya. Dalam muqoddimah bukunya “Al-Mustashfi”
misalnya. Beliau menganggap akal itu sebagai hakim yang memutuskan perkara yang
tidak dapat disingkirkan atau diganti. Sedangkan syari’at Islam sebagai saksi
yang memberikan rekomendasi, serta meluruskan. Maka akal itu pada hakekatnya
sebagai wadah agama dan pengemban amanah[3].
Dalam bukunya “Ihya Ulumuddin”, Imam
Al-Ghozali juga menjelaskan bahwa agama itu membutuhkan akal, begitu pula
sebaliknya. Sesungguhnya ilmu ahlaq (eksak dan pengetahuan lainya) bagaikan gizi dan ilmu syari’at di bagaikan
obat. Seorang yang sakit akan menghadapi bahaya jika diberikan gizi saja tanpa
diimbangi dengan obat. Beliau juga menolak dugaan adanya kontradiksi antara
ilmu-ilmu ‘aqidah dengan ilmu syari’ah. Dugaan ini bersumber dari kebutaan mata
kepala dan hati, kata beliau[4].
Dalam buku “Al-Iqtishod fi
Al-I’tiqod”. Al-Ghozali juga menyebutkan bahwa pengikut kebenaran dan sunnah
ialah yang mampu mensejalankan antara tuntutan-tuntutan syari’at dan akal.
Mereka mampu membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara syara’ yang
berlandaskan wahyu dengan suatu teori ilmu pengetahuan yang lahir dari akal[5].
Dalam buku “Ma’arij Al-Quds” yang
dinisbatkan kepada Al-Ghazali kita temukan ungkapan, “Ketahuilah bahwa akal itu
tidak akan lurus perjalananya kecuali dengan petunjuk syara’. Syara’ itu tidak
akan jelas maksudnya tanpa akal. Maka akal itu bagaikan fondasi, sedang syara’
bagaikan bangunanya. Fondasi itu tidak ada gunanya selama tidak ada bangunan
diatasnya. Demikian pula bangunan tidak akan kukuh selama tidak dilandasi oleh
fondasi yang kuat”.
“Akal juga bagaikan penglihatan sedang
syara’ ibarat cahaya. Penglihatan tidak akan ada gunanya selama tidak ada
cahaya. Demikian pula cahaya tidak ada manfaatnya jika tidak ada penglihatan.
Karena syara’ adalah akal dari luar, sedang akal adalah syara’ dari dalam.
Keduanya berbeda dimensi, tapi menyatu dalam satu tujuan”[6].
Maka tidak heran jika kita temukan
dalam sejarah peradaban Islam banyak para ilmuwan kita yang cemerlang dibidang
ilmu syari’ah. Pada waktu yang sama juga menonjol dibidang ilmu-ilmu ‘aqidah,
seperti ilmu pengetahuan alam, matematika dan kedokteran. Jabir bin Hayyan,
misalnya disebut juga Jabir shufi (mendalami ilmu akhlaq).Khuarizmi, perumus
ilmu Jabr (matematika) juga menulis buku-buku tentang fiqh (hukum Islam),
nasehat faroidh (ilmu yang mengatur sistem pembagian warisan).
Ibnu Rusyd, penulis buku kedokteran
“Al-Kuliyyat” yang banyak bersahan dalam ilmu kedokteran Eropa moderen
dijadikan buku standar sampai abad 18, juga sebagai penulis buku perbandingan
Mazhab Fiqh terkenal “Bidayat Al-Mujtahid wa Hihayt Al-Muqtasid”. Bahkan beliau
sebagai hakim agama terkemuka dalam mazhab Maliki.
Imam Fakhrurrozi penulis, tafsir
Attashir Al-Kabir”, dan berbagai buku lainya tentang ilmu usul Fiqh dan
‘aqidah, juga terkenal sebagai dokter terkemuka d zamanya Ibnu Nafis yang
menemukan sistem peredaran darah dan ilmuan pertama yang mengisyaratkan
penyakit paru-paru, atau dikenal kemudian dengan TBC dan asma. Padahal beliau
adalah seorang ahli Fiqh Mazhab Syafi’i[7].
3.
Metode
Riset dan Pengembangan (Research and Development)
Di zaman moderen ini, metode riset
mrupakan teori ilmiah yang terbaik dalam menyelesaikan masalah atau menyelami
hakekat sesuatu. Ia juga merupakan karakteristik utama yang membedakan antara
ilmuan dengan dan yang bukan. Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin ummat Islam
pertama yang menggunakan sistem riset. Beliau memanfaatkan sejak awal tegaknya
negara Islam Madinah.
Sebagai mana yng diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Huzaifah
Ibnu Al-Yaman ia berkata : Suatu hari kami bersama Rasulullah SAW. Beliau
berkata : “Coba lakukan penelitian berapa banyak orang yang mengucapkan Islam
(maksudnya yang masuk Islam)”. Dalam riwayat lain, Bukhari menyebutkan bahwa
Rasul SAW, berkata : “Coba buatkan aku suatu penelitian tertulis tentang berapa
banyak yang masuk Islam”. Ia (Huzaifah) berkata : “Maka kami memberikan laporan
tertulis sebanyak 500 orang dari kaum lelaki”[8].
Sebuah penelitian tertulis bertujuan
untuk menyusun dan menetapkan suatu rencana. Dengan demikian, Rasul SAW,
memahami kadar kekuatan SDM yang terhimpun yang memiliki kapasitas perlawanan
terhadap musuh yang selalu mengintai. Sebab itu, penelitian haya dilakikan pada
kaum lelaki saja. Artinya, yang memiliki kesanggupan perang ketika itu.
Penelitian (riset) yang diterapkan di
zaman awal tegaknya pemerintahan Islam di Madinah yang langsung dipimpin oleh
Rasulullah SAW, memberikan isyarat kepada kita bahwa Islam menyambut baik
penggunaan sistem penelitian dan metode ilmiah lainya.
Sebaliknya, kita menemukan di zaman
dahulu bahwa salah seorang nabi dari bani Israel hendak melakukan penelitian
tentang jumlah pengikutnya. Ketika itu juga azab dari langit menimpa mereka.
Seakan, penelitian tersebut merupakan pembangkangan atas taqdir dan kehendak
Tuhan. Inilah yang dijadikan argumentasi oleh seorang filsuf terkemuka Bertrand
Russel bahwa ajaran Taurat dan Kitab Suci itu tidak memberikan peluang lahirnya
udara segar bagi kehidupan ilmiah.
4.
“
Planning and Future Analysis”
Jika metode riset menjadi
karakteristik bagi suatu karya ilmiah, maka planning juga demikian, bahkan
lebih jelas lagi sasaranya. Planning itu harus berdasarkan hasil riset. Yang
dimaksud planning disini ialah menyusun strategi untuk mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dimasa datang serta merealisasikan tujuan-tujuan
yang dicanangkan.
Banyak kalangan Islam menduga bahwa
agama bertentangan dengan konsep analisa kedepan (future anaysis). Dugaan itu
sebagai peninggalan pengaruh pemikiran kuno (abad pemikiran Eropa) yang
bertentangan iman dan ilmu pengetahuan. Kenyataanya, konsep pemikiran Islam
berdiri diatas planning dan future analysis. Dari situlah seorang muslim
menatap masa depanya. Dengan ungkapan lain, masa hidupnya ia jadikan landasan
untuk menatap periode setelah mati. Ketika di dunia ia gunakan sebagai sarana
untuk menggapai akherat. Untuk itu, ia harus merumuskan suatu minhaj (konsep)
yang akan menyampaikanya ke tujuan, yakni keridhoaan Allah Ta’ala.
Dalam al-Quran banyak kisah yang
bermanfaat untuk ulul albab (mereka yang senantiasa berfikir dan berdzikrullah).
Diantaranya, kisah Nabi Allah Yusuf AS. Al-Quran dengan gamblang menceritakan
kepada kita bagai Nabi Yusuf mengatur planning bahwa kawasan Mesir bakal
ditimpa kemarau panjang. Lalu ia mengajukan proposal yang berisi sebuah
planning yang matang. Ia pun dibebankan untuk merealisasikan planning tersebut.
Hasilnya cukup fantastis dan mengagetkam, sehingga keberkahan menyirami bumi
Mesir dan sekitarnya.
Planning Nabi Yusuf itu terurai dalam
QS12: 47-49, “Dia (Yusuf) berkata : Hendaklah kamu mengolah pertanian dengan
tekun selama tujuh tahun (lamanya). Maka biarkanlah hasil panenmu itu
dibulirnya (ditangkainya) kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemuadian setelah
itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu
simpan untuk menghadapinya (tahun-tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit)
yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia
diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur”.
Ada pula yang mengira perencanaan masa
depan bertentangan dengan prinsip tawakal kepada Allah, atau iman kepada qodho
dan qodar. Sebab itu, mereka menolak keras konsep perencanaan itu.
Bagi yang mendalami Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah, akan jelas bahwa kedua sumber Islam itu menolak keras
tradisi irtijal (melakukan sesuatu
tanpa konsep dan persiapan) dan amburadul. Rasulullah SAW telah menjelaskan
bahwa tawakkal kepada Allah itu tidak berarti mengesampingkan hukum sebab
akibat atau Sunatullah (sistem Allah yang berlaku ) di alam semesta ini.
Seorang muslim hendaklah selalu ingat kepada kisah seorang Arab Badwi yang
datang kepada Nabi Muhammad SAW, lalu meninggalkan ontanya di depan Masjid
Nabawi sambil berkata: “ Wahai Rasulullah, apakah saya ikat onta ini lalu saya bertawakkal, atau saya lepas begitu saja
kemudian saya bertawakkal Maka Rasulpun
menjawab :”Ikat onta itu dulu, lalu kamu bertawakkal”.
Imam Al-Thabari menjelaskan :”Siapa
yang yakin pada Alloh dan qodhoNya, maka ia pasti berupaya mencari sebab
akibat. Upaya itu sama sekali mengotori tawakkalnya pada Allah. Bahkan
mengikuti Sunnatullah dan Sunnah RasulNya. Rasulullah SAW muncul ketika perang
dengan memakai baju besi, memakai penutup kepala dari getah pohon (karet),
diletakanya para ahli pemanah diposisi terdepan, membuat parit disekitar
Madinah. Beliau juga berhijrah, mempersiapkan kebutuhan makan dan minum,
menyimpan sebagian untuk keluarganya, dan tidak menunggu semuanya itu semata
turun dari langit, kendati Beliau adalah hamba yang paling berhak
mendapatkanya”.
Siapa saja yang meneliti siroh Rasulullah
SAW pasti menemukan bahwa Rasul itu selalu mempersiapkan secara matang setiap
urusan keluarganya, dengan berbagai perlengkapan dan amat teliti dan
berhati-hati, serta memperhitungkan segala kemungkinan ayng bakal terjadi. Semua itu dilakukanya padahal
Beliau adalah manusia yang paling tinggi tawakalnya kepada Allah.
Rasul menyuruh para sahabatnya hijrah
ke Ethiopia (Habasyah) setelah mengetahui kondisi geografis, agama dan politik
negeri itu. Tidaklah mencerminkan planning yang matang bila Rasul menyuruh para sahabatnya hijrah ke
kawasan yang dapat dipengaruhi oleh kafir Quraisy secara agama maupun budaya.
Tidak pula mencerminkan analitis yang tajam jika para sahabat diperintah hijrah
ke kawasan yang didominasi oleh Persia atau Romawi yang di pimpin oleh Penguasa
yang pasti menolak da’wah Islam yang baru itu. Tidak pula mencerminkan
kematangan planning bila perintah hijrah itu ke negeri India atau Cina yang
jauh, sebab akan kehilangan informasi tentang mereka.
Sungguh Ethiopia merupakan kawasan yang
strategis. Secara geografis tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari
Mekah, bahkan dibatasi oleh laut. Secara agama, penduduk Ethiopia adalah
Nasrani yang ketika itu lebih dekat dengan umat Islam dibandingkan yang lain.
Secara politis, Ethiopia dipimpin oleh seorang Raja yang terkenal adil. Karena
itu Rasulullah SAW berkata kepada sahabatnya : “Disana ada seorang Raja, Saya
berharap kalian tidak dizhaliminya”.
Semua itu menunjukan bahwa Rasul dan
sahabatnya tidaklah komunitas yang terisolasi dari dunia internasional, kendati
menghadapi kesulitan transportasi. Juga menunjukan bahwa sikap mereka (Rasul
dan sahabatnya) yang jelas terhadap perang Persia-Romawi, sehingga terjadi
polemik antara kaum muslimin dengan musrykin. Polemik itu dijawab oleh wahyu
dalam QS Ar-Rum: 1-4 : “Rum pasti dikalahkan di negeri yang terdekat. Dan
mereka setelah kalah menang kembali
dalam beberapa tahun lagi…”.
Kendati umat Islam ketika itu
tertindas dan dalam keadaan lemah, namun mereka berwawasan internasional,
memahami perkembangan percaturan internasional yang terjadi antara dua negara
adikuasa ketika itu, atau dua kubu raksasa Barat dan Timur. Demikianlah, tidak
ada satupun langkah da’wah dalam kehidupan Rasul yang tidak dilandasi oleh
planning yang matang dan jelas.
Dari keterlibatan yang intens dan
waktu yang panjang dalam berbagai bentuk kegiatan penyelenggaraan pemasaran
dan pelayanan bagi klien selama ini, kita dapat menaksir sejumlah
kesimpulan penting yaitu :
Yang pertama :
Struktur dan proses penataan internal secara perlahan
mengarah kepada pelayanan pemasaran ke wilayah-wilayah yang lebih luas, tidak
lagi semata meliputi warga kampus-kampus dan sekolah-sekolah yang selama ini
memang menjadi arus utama, tetapi sudah pula mulai menembus masyarakat baru
seperti kantor, bisnis, buruh, organisasi massa dan bahkan masyarakat umum.
Masyarakat-masyarakat yang baru dimasuki ini tentu saja memiliki kekhususan
masing-masing yang perlu dipelajari secara seksama.
Yang kedua :
Bahwa potensi SDM baik yang bernilai strategis maupun
yang taktis, baik yang terencana maupun yang bergulir secara natural telah
memasuki wilayah-wilayah masyarakat baru tersebut dan sudah terlihat
bentuk-bentuk pemasaran dan pelayanan yang makin hari makin diminati.
Dari kedua kesimpulan yang ditarik secara
global tersebut, maka timbul pertanyaan, khususnya yang menyangkut wilayah
pemasaran, di kantor (lembaga formal), “ Adakah kita memiliki planning
dan future analysis terhadap pemasaran yang secara rutin kita kaji
bersama, kita tetapkan target-targetnya secara bertahap, dan kita realisasikan
secara bertahap pula sesuai dengan daya dukung yang sudah kita miliki? Isyarat
dari perusahaan untuk kita pikirkan bersama jelas sudah ada, berupa patok-patok
umum, pelatihan-pelatihan manajemen, kajian-kajian ilmu sosial, dan Insya Allah
akan terus bergulir dengan variasi yang lebih luas, lebih spesifik (khusus) dan
lebih mendalam. Jawabanya sebagian sudah ada, dan sudah mulai direalisir secara
bertahap. Sebagian besar belum ada “planning dan future analysis” nya apalagi
merealisasikan planning tersebut. Tetapi boleh jadi yang sudah berjalan selama
ini baik dan terencana, walaupun mungkin belum terkoordinir/tertata dengan
baik.
Seperti apa yang dikatakan DR. Yusuf
Al-Qardhawi dalam bukunya “Liqaat wa muhawarat haula qhadaya al Islam wa
al-ashr”, kita memiliki risalah teragung didunia, kita memiliki warisan besar
yang tidak dipunyai satu umatpun, kita mempunyai tabiat fitrah dalam hati kaum
mukminin, kita mempunyai janji kemenangan Allah SWT bagi orang beriman kepadaNya
dan bekerja bagi agamaNya. Kita mempunyai selama ini, tetapi kita juga harus
mempunyai strategis dan manajemen setingkat zaman ini. Allah
merahmati seseorang yang memahami zamanya dan menepati jalanNya. Jadi harus ada
dua hal : menepati jalan dan memahami jalan serta segala tuntutanya.
Untuk itu, pada kesempatan yang baik
ini kita mencoba bersama-sama menelaah kedua hal tersebut, yaitu menepati jalan
dan memahami jalan dengan sgala tuntutanya. Perencanaan atau perencanaan
strategis (karena menyangkut tenaga strategis) adalah suatu teknik pengembangan
kerja yang maksimal untuk sebuah organisasi (perusahaan), dimana perencanaan
itu membutuhkan unsur-unsur yang penting, yaitu :
Ø Minhaj
(Metode pemecahan)
Ø Pengenalan
medan yang tepat
Ø Syuro’
Perencanaan strategis juga merupakan
suatu alat pemandu untuk mencapai sesuatu, ia juga merupakan pada giliranya
akan meningkatkan kinerja perusahaan/ elemen perusahaan. Ia juga menjadi alat
bantu untuk merespon dengan tepat dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan
kritis yang ada dalam kantor/lembaga.
Sejauh mana kinerja elemen perusahaan
dapat ditingkatkan dengan perencanaan strategis ? Faktor apa yang dapat
mempengaruhi optimasi pencapaian target organisasi bila kita menggunakan
perencanaan strategis ? Pertanyaan ini penting dijawab sebelum lebih lanjut
memasuki hal-hal yang teknis dalam metodologi perencanaan strategis.
Perencanaan strategis pada dasarnya
memerlukan dorongan yang kuat dari semua pihak yang ada dalam element tersebut.
Diperlukan adanya konsensus atas hal-hal yang dilihat sebaga kelemahan dan
kekuatan internal dan eksternal dari elemen perusahaan tersebut. Diperlukan
langkah-langkah konkrit, action, yang dirumuskan aas dasar
kesempatan-kesempatan yang dapat diperoleh. Kesempatan diperoleh setelah kita
mengenal kelebihan-kelebihan kita. Kelebihan-kelebihan atau kekuatan-kekuatan
inilah yang membangun kesempatan (opportunities) untuk elemen tersebut.
Semua bentuk konsensus suatu elemen
perusahaan memerlukan adanya keterbukaan untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi.
Keterbukaan dalam mengutarakan permasalahan antara lain ditentukan oleh
kematangan problem kinerja yang dihadapi elemen tersebut. Jika permasalahan
kinerja tidak dirasakan oleh semua pihak, dengan katalain “belum matang”, maka
dorongan untuk melaksanakan perencanaan strategis tidak akan memperoleh
momentum dan gelombang perbaikan kerja yang kuat.
Pembuatan rencana strategis yang ideal
membutuhkan waktu dan tidak boleh tergesa-gesa. Ia perlu rentang waktu yang
cukup untuk menampung rencana kerja dan perbaikan elemen tersebut secara
internal yang cukup jelas dan menyeluruh.
H. LOGIKA SEKUENSIAL BERFIKIR STRATEGIS
Untuk mencapai
tujuan yang kita harapkan, maka kita perlu memahami langkah-langkah perencana
strtaegis. Untuk memudahkan dalam memahami langkah berfikir strategis ini, maka
anda dapat memahaminya dengan melihat
ilustrasi gambar 1. Langkah awal berfikir strategik sangat bervariasi, pertama
ada sesorang atau lembaga yang
telah mempunyai tujuan sebelumnya sehingga perencanaan strategis akan
diawali dengan merencanakan untuk
membuat perencanaan, kedua ada
seseorang atau lembaga yang baru memulai untuk melakukan sesuatu maka pertama
akan dimulai dengan merumuskan keinginan yang hendak dicapai. Pada penjelasan
sekuensial dari langkah-langkah berfikir strategis disini hanya akan diuraikan
satu langkah saja, yaitu bila kita ingin melakukan perencanaan strategis jenis kedua di atas.
1.
Langkah
pertama
dalam setiap tindakan yang kita lakukan, maka pertama kali kita memiliki
tujuan. Tujuan yang sangat jauh dari
jangkauan kita bisa jadi masih berupa angan-angan (vision-dairatul khayali/ ra’yaa). Ambilah contoh visi berupa tujuan
lembaga untuk membentuk masyarakat madani.
Sedangkan pada gambar visi digambarkan sebagai pulau impian yang ingin dicapai.
2.
Langkah kedua
yaitu membuat angan-angan atau visi tersebut menjadi perumusan misi (mission-risalah) yang ingin dicapai, agar lebih profesional maka
misi organisasi harus tertulis dengan baik (mission statement) dan
disebar-luaskan kepada seluruh pihak internal yang terkait agar mereka selalu
bergerak dalam orientasi pencapaian misi bersama yang ingin dicapai (Management By Objective – MBO). Dalam
gambar tersebut misi digambarkan sebagai garis
posisi kita saat ini dengan letak
perkiraan pulau tujuan akhir kita. Penguasaan konsep dan wawasan (al-isti’ab manhaj/ nadzori ) sangat diperlukan penyusunan visi dan misi organisasi.
3.
Langkah ketiga
yaitu membuat observasi medan (scanning
environment ) yang akan berkaitan dengan tujuan kita yang kemudian dilanjutkan
dengan langkah analisa medan (SWOT analysis). Istilah SWOT merupakan singkatan dari kata Strenght- kekuatan
(internal) , Weakness-kelemahan (internal), Opportuniti-peluang (eksternal) dan Threat-ancaman dan kendala (eksternal).
Jadi anda perlu melihat atau menscan
komponen eksternal guna
memperoleh data sebanyak-banyak yang berhubungan dengan misi kita. Komponen
umum meliputi masyarakat, pembeli (buyers), pengguna fans (customers),
pendukung (steakholders), pemasok (suppliers) dll , serta anda harus melihat kondisi ke dalam lembaga, yaitu kinerja
harian, mentalitas staf, soliditas tim serta dll. Disamping itu anda harus
mempelajari seluruh laporan (tahunan, proyek dan laporan lain) yang berasal dari lembaga anda untuk dapat
melakukan analisa SWOT dengan baik.
4.
Langkah keempat membuat langkah
–langkah perencanaan strategis (mapping), jadi
setelah misi dan kondisi medan sudah terpetakan, maka kita membuat perencanaan langkah-langkah tindakan yang akan kita lakukan atau arah perencanaan
strategis. Tujuan akhir (visi) tidak akan langsung dapat dicapai dengan sekali
gayuh, maka untuk mencapainya perlu dibuat tahapan pekerjaan, tahapan pertama
harus melalui pekerjaan pertama, kedua, ke tiga dan seterusnya hingga sampai
pada pulau akhir (visi) tujuan kita. Dalam gambar perencanaan langkah-langkah strategis
berupa peta (mapping) dari langkah-langkah perjalanan menuju pulau pertama
hingga pulau akhir tujuan kita. Pulau pertama dapat berarti tahun pertama atau
tahap pertama misi kita, pulau kedua berati tahap kedua dan seterusnya. Dalam
penyusunan mapping, maka penguasaan
medan-lapangan sangat diperlukan sekali
(al isti’ab maidaniyah).
5.
Langkah kelima
melakukan observasi kinerja dan analisa kesenjangan kinerja dari apa yang
seharusnya dikerjakan dengan kondisi
lapangan. Seringkali rencana tinggal rencana, gagasan tinggal gagasan, kemudian
kita lupa menganalisa faktor kendala apa yang menyebabkan kegagalan tersebut
dan dengan segera mengambil pelajaran untuk memperbaiki keadaan.
6.
Langkah keenam membuat
perencanaan yang terintegrasi (integrating
action plans). Dari hasil analisa
pada tahap lima sangat bermanfaat untuk membuat agenda aksi yang lebih
konkrit. Dalam lembaga biasanya telah membuat SOP (standart operating
procedures) atau prosedur tetap (protap) . Tetapi improvisasi dari
waktu-kewaktu jangan sampai kaku jika ternyata ditemukan kendala-kendala di
lapangan pada saat pelaksanaan, untuk itu kita perlu menerapkan azaz
fleksibilitas konsep (muraat) Disinilah
kreativitas individu dan inovasi lembaga
sangat diperlukan. Hasil akhir dari langkah
kelima ini berupa pembuat perencanaan aksi yang aplikatif dan
adaptif yang sering diistilahkan POA (plan of actions).
7.
Langkah ketujuh mengamalkan
agenda aksi (implementation
of plans). Pada tahap ini agenda
aksi yang akan dilakukan betul-betul sudah mengacu pada langkah-langkah
sebelumnya, walapun pada saat
pelaksanaan seringkali masih ada impovisasi. Jangan sampai kita mengenal istlah
NATO (no action talk only) atau
NAPO (no action plan only). Sesungguhnya fikroh yang baik adalah fikroh
yang jauh dari slogan dan propaganda, melainkan fikroh yang menekankan aspek
produktivitas (‘amal) yang dilandasi pemahaman (fahmu) yang utuh semata.
Komponen penting pada saat penerapan adalah selalu mau bekerja (istiqomah) dan
terus-menerus dalam bekerja (istimror), etis dan konsekuen (selalu mengacu kepada
kaidah moral dan selalu komitmen dengan kejujuran), selalu berorienasi mutu dan
pelayanan pelanggan, rela berkorban (tadhhiyah) dan sungguh-sungguh dalam bekerja ( tajarud) dan selalu mengandalkan
soliditas tim (team work –‘amal jamai).
Pada langkah ini gunakan tools yang aplikatif, yaitu seperti penerapan figh
muwazanat, fiqf aulawiyat, fiqh dakwah dan lainnya.
8.
Langkah kedelapan
selalu melakukan evaluasi (mutabaah dan muhasabah) dengan teratur. Pada fase ini buatlah catatan
harian kerja anda, buatlah daftar check-list akan kegiatan, buatlah laporan
yang rapi sebagai bahan evaluasi, lakukan evaluasi mengacu kepada misi utama. Sehubungan dengan langkah ini, anda harus selalu memberikan
intervensi dengan segera atas temuan dan informasi baru baik yang datangnya
dari dalam lembaga maupun dari luar lembaga sehubungan dengan penerapan MBO di atas, kemudian hasilnya
berupa revisi diberbagai tahapan perencanaan strategis di atas. Selamat
mencoba. Waallahu ‘alam bisawam.
Tabel 1 : Resume komponen langkah-langkah
perencanaan strategis
Langkah
|
Sasaran
|
Hasil
|
1-Formulasi tujuan
|
Merencanakan perencanaan atau membuat visi
|
Tujuan yang jelas
|
2-Formulasi misi
|
Membuat
pernyataan misi ( mission statemen)
|
Pernyataan misi yang menyebutan: lembaga,
produk, pasar, cara kerja dan hal lain yang khas
|
3-Analisa medan
|
Memahami
medan yang akan dilalui menuju tujuan
|
Data dan informasi dari dalam lembaga dan luar lembaga
sehubungan pencapaian tujuan
Hasil scanning environment dan hasil
analisa SWOT
|
4-Langkah-langkah perencanaan strategis
|
Membuat peta langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang dicapai berdasarkan data dan informasi yang akurat
|
Rencana kerja jangka pancang misi yang
dirinci dalam bentuk rencana tahunan
Rencana kerja yang memperlihatkan tahapan
pekerjaan, sasaran dan tujuan setiap tahap,
kebijakan yang akan diterapkan
|
5-Observasi dan evaluasi
|
Mengenali kondisi kinerja dan membuat
analisa kondisi kinerja
|
Informasi faktual sebagai bahan perencanaan aksi yang
aplikatif
|
6- Membuat POA
|
Membuat rencana aksi yang integral yang
aplikatif dan adaptif
|
POA
Agenda aksi
|
7-Implementasi POA
|
Merubah NATO dan NAPO menjadi aksi dan aksi
|
Produktivitas, kontinyuitas, mutu, kepuasan
pelanggan
|
8- Evaluasi
|
Selalu memberikan data dan informasi
terbaru sehubungan kegiatan seluruh proses tahapan sebelumnya
|
Memperoleh data dan informasi dari hasil
monitor lingkungan dalam dan lingkungan luar
Mengevaluasi apakah data dan informasi baru
berfungsi untuk perbaikan langkah baru
|
[1] Alih
Teknologi, Antara Ibadah dan Kebutuhan, Dr Yusuf Qardhawi, Al-Mutjama no. 1093
[2] Imam
Raghib A-Ashfahani, Al-Dzari’ah ila makarimi Al-Syari’ah, hal 207, Dar
Al-Sohwah
[3] Imam
Al-Ghozal, Al-Mustashfi, hal3, Jilid I
[4] Imam
Al-Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, hal 17, Jilid III, Dar al-Ma’rifah
[5] Imam
Al-Ghazali dalam muqoddimah bukunya, Al-Iqtisod fi Al-I’tiqod
[6] Ma’arij
AL-Quds, hal 57, Dar Al-Affaq Al-Jadidah
[7] Untuk
lebih jelas, lihat biografi mereka dalam bukuAl-A’lam ditulis oleh Azzarkali
[8] Tahqiq
Al-Arnauth, Jami’ Al-Ushul, hal 100,Jilid X, hadits No. 7570